Makassar, sorotantajam.com β Kota Makassar seakan berubah menjadi lautan api semalam. Dua bangunan megah, Gedung DPRD Kota Makassar di Jalan AP Pettarani dan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan di Jalan Urip Sumoharjo, porak-poranda dibakar massa. Insiden ini meninggalkan duka mendalam: empat orang tewas, belasan lainnya luka-luka, dan simbol demokrasi daerah tinggal puing hitam.
π΄ Api Pertama di Gedung DPRD Makassar
Sekitar pukul 20.00 WITA, unjuk rasa yang awalnya berlangsung di depan Gedung DPRD Kota Makassar berubah menjadi amukan. Massa yang tidak terkendali mulai merusak pintu masuk, melempar batu, dan akhirnya menyalakan api.
Dalam hitungan menit, api menjalar ke seluruh bangunan. Teriakan minta tolong terdengar dari dalam gedung, di mana sejumlah pegawai DPRD masih berada di lantai atas. Petugas pemadam kebakaran berusaha masuk, namun akses jalan terhalang oleh ribuan massa yang berkumpul di sekitar lokasi.
Korban yang terjebak di dalam gedung terpaksa melompat dari lantai dua hingga empat untuk menyelamatkan diri. Sebagian selamat, namun tidak sedikit yang mengalami luka parah.
Empat orang meninggal dunia dalam peristiwa ini:
Syaiful, Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, tewas setelah nekat melompat dari lantai empat.
Sarina, staf DPRD Makassar, ditemukan meninggal di dalam ruangan saat proses pemadaman.
Abay, fotografer Humas DPRD, turut jadi korban setelah terjebak asap pekat.
Seorang anggota Satpol PP tewas saat mencoba mengevakuasi pegawai lain.
βIni malam paling kelam dalam sejarah DPRD Kota Makassar,β ucap seorang saksi mata dengan suara bergetar.—
π΄ Serangan Berlanjut ke DPRD Sulsel
Belum reda bara api di DPRD Kota, massa bergerak ke Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan sekitar pukul 02.30 WITA. Gerbang depan dirusak, pos penjagaan dibakar, dan bom molotov dilemparkan ke berbagai ruangan.
Kobaran api makin besar hingga merembet ke Gedung Pengadilan Tinggi Sulsel yang berada tepat di sebelahnya. Tak hanya itu, kantor Bank Sulselbar, pos Satpol PP, hingga mobil dinas milik pemerintah ikut menjadi sasaran amuk massa.
Situasi baru bisa dikendalikan setelah aparat kepolisian dan TNI turun tangan. Gas air mata ditembakkan untuk membubarkan massa, sementara puluhan unit damkar akhirnya bisa masuk memadamkan api.—
π΄ Kota dalam Kepungan Ketakutan
Pagi ini, puing-puing gedung DPRD berdiri bisu di tengah kota. Bau asap masih tercium, kaca pecah berserakan, dan bangkai kendaraan hangus menghiasi halaman. Warga yang melintas berhenti, sebagian memotret, sebagian lagi menangis menyaksikan gedung kebanggaan daerah berubah jadi arang.
Para korban luka kini dirawat di beberapa rumah sakit di Makassar. Beberapa dalam kondisi kritis, mengalami patah tulang dan trauma berat akibat terjun dari lantai atas.—
π΄ Simbol Demokrasi Jadi Abu
Gedung DPRD sejatinya adalah rumah rakyat, tempat suara masyarakat dibahas dan diputuskan. Namun semalam, simbol demokrasi itu justru menjadi panggung kemarahan yang menelan korban jiwa.
βIni tragedi besar. Kami sangat berduka atas korban jiwa dan kerusakan parah yang terjadi,β ujar seorang pejabat Pemprov Sulsel dalam keterangan singkat.—
π΄ Jalan Panjang Pemulihan
Aparat kini masih melakukan penyelidikan dan pengamanan ketat. Polisi belum mengumumkan jumlah pasti pelaku yang ditangkap, namun memastikan akan mengusut tuntas dalang kerusuhan.
Bagi warga Makassar, malam ini akan dikenang sebagai malam ketika demokrasi terbakar, ketika api tidak hanya melalap bangunan, tetapi juga meninggalkan luka kolektif bagi seluruh masyarakat Sulawesi Selatan.—
π Catatan Redaksi:
Tragedi ini adalah alarm keras bagi semua pihak: pemerintah, aparat keamanan, hingga masyarakat. Demokrasi seharusnya menjadi ruang dialog, bukan arena api. Pemulihan fisik bisa dilakukan, namun memulihkan kepercayaan rakyat akan jauh lebih sulit. (ST/Red)